Puncak Hujan Meteor Orionids
latimes
Hujan meteor Orionid
Dalam hujan meteor tersebut, sejumlah besar meteor yang bernama Orionids akan terlihat. Bila Orionids akan bergerak ke bagian utara bintang kemerahan paling bercahaya, Betelgeuse yang berada di gugus Orion, maka kita akan melihat bintang tersebut bergerak ke selatan.Orionids sebenarnya sudah bisa dilihat sejak tanggal 2 Oktober 2010. Namun, pendarannya masih sangat redup. Meteor tersebut baru tampak jelas mulai tanggal 17 Oktober 2010. Puncak hujan meteor akan terjadi pada tanggal 21 Oktober 2010, hari Kamis mendatang. Pada saat itu, antara 20 dan 30 meteor akan bisa dilihat setiap jam.
Namun, untuk melihat sejumlah meteor itu, Anda perlu bersabar dan memiliki strategi. Siklus bulan yang saat ini sedang berjalan menuju purnama dikhawatirkan akan mengganggu pengamatan Orionids. Saat menuju purnama, bulan memantulkan cahaya matahari dalam intensitas yang besar sehingga cahaya meteor tampak redup. Hal itu akan mengurangi jumlah meteor yang bisa dilihat.
Untuk mengakali hambatan itu, para astronom mencari waktu yang tepat dengan menggunakan Skywatching Table atau kalender pengamatan aktivitas luar angkasa. Berdasarkan kalender tersebut, waktu yang paling tepat untuk melakukan pengamatan adalah beberapa hari sebelum purnama pada saat dini hari atau pada waktu yang disebut "jendela", jeda antara tenggelamnya bulan dan sebelum fajar menyingsing, saat langit sepenuhnya gelap.
"Jendela" terbaik jatuh pada tanggal 18, 19, dan 20 Oktober. Secara umum, langit gelap akan muncul selama sekitar 150 menit pada tanggal 18 Oktober dan berkurang menjadi 100 menit pada tanggal 19 Oktober, lalu 50 menit pada tanggal 20 Oktober. Jadi, pada tanggal 20 Oktober, waktu terbaik untuk observasi adalah setelah bulan tenggelam dan sebelum matahari terbit yang waktunya selisih 50 menit.
Kemungkinan, selusin Orionids akan bisa dilihat pada tanggal 20 Oktober pagi, satu hari sebelum puncak hujan meteor tersebut. Pada tanggal 21 Oktober pagi, menurut perkiraan, bulan belum akan tenggelam ketika fajar sudah menyingsing sehingga sulit untuk mengamati meteor.
Selain waktu pengamatan, para astronom juga menekankan pentingnya mencari lingkungan yang tepat untuk mengamati Orionids. “Orionids biasanya tampak redup dan sulit diamati dari wilayah perkotaan,” kata ahli meteor, Robert Lunsford. Ia menambahkan, “Anda sangat disarankan untuk mencari lokasi pedesaan agar bisa melihat aktivitas Orionids dengan maksimal.”
Orionids yang bisa dilihat dalam hujan meteor tersebut sejatinya merupakan debu-debu angkasa sisa aktivitas komet Halley yang melintasi orbit Bumi 76 tahun sekali. Debu-debu tersebut mampu terlihat karena bergerak melintasi atmosfer bumi. Kecepatan Orionids diperkirakan mencapai 66 km/detik. Hanya meteor Leonids yang mampu mengalahkan kecepatan Orionids dan bisa dilihat pada bulan November.
Sebenarnya, ada dua macam meteor yang berasal dari sisa aktivitas Halley dan bisa diamati. Satu lagi adalah meteor yang tampak pada bulan Mei dan berasal dari gugus bintang Aquarius.
Setelah puncak, aktivitas hujan meteor perlahan turun hingga 5 meteor per jam pada tanggal 26 Oktober. Orionids terakhir mungkin akan muncul hingga tanggal 7 November. Namun sangat disayangkan, bulan akan mengurangi kesempatan untuk melihat meteor ini. Walau demikian, bagaimanapun, Anda tetap harus melihat keturunan-keturunan dari Komet Halley ini, atau Anda harus menantikan kesempatan melihatnya tahun depan.
Profesor Riset Astronomi Astrofisika LAPAN Thomas Djamaluddin mengatakan, fenomena hujan meteor Lyrids yang terjadi pada 16-26 April bisa dilihat tanpa menggunakan alat bantu apapun.
"Bila menggunakan alat bantu, khususnya teropong, bidang pandang menjadi sempit. Ini justru bisa menyebabkan hujan meteor tidak terlihat. Sedangkan dengan mata telanjang, bidang pandang ke langit menjadi luas," kata Thomas Djamaluddin, di Bandung, Jumat.
Menurut Thomas fenomena ini hanya terlihat di bumi bagian ekuator dan utara, karena meteor Lyrids bergerak dari timur laut dan utara ke arah barat.
Semua orang di belahan bumi tersebut, kata dia, bisa melihat fenomena ini pada tengah malam hingga dini hari dan puncaknya pada 21-22 April.
"Supaya fenomena ini terlihat jelas, cuaca di daerah tempat pengamatan harus cerah. Lokasi pengamatan harus bebas polusi cahaya. Selain itu bagian timur dan utara tempat pengamatan tidak terhalang apapun," katanya.
Dia menjelaskan, fenomena itu terjadi karena bumi berevolusi melewati sisa debu lintasan komet Thatcher. Kemudian debu tersebut menembus atmosfer dan terbakar.
"Debu-debu itulah yang terlihat sebagai hujan meteor. Bahkan terlihat seperti bintang jatuh," kata Thomas.
Fenomena itu terjadi sejak 2600 tahun lalu. Pada 1800-an peneliti baru menyimpulkan penyebab terjadinya fenomena hujan meteor Lyrids.
"Titik pancar hujan meteor Lyrids berasal dari rasi bintang Lyra. Intensitasnya tergolong sedang, karena hanya terlihat belasan meteor per jam,"
"Bila menggunakan alat bantu, khususnya teropong, bidang pandang menjadi sempit. Ini justru bisa menyebabkan hujan meteor tidak terlihat. Sedangkan dengan mata telanjang, bidang pandang ke langit menjadi luas," kata Thomas Djamaluddin, di Bandung, Jumat.
Menurut Thomas fenomena ini hanya terlihat di bumi bagian ekuator dan utara, karena meteor Lyrids bergerak dari timur laut dan utara ke arah barat.
Semua orang di belahan bumi tersebut, kata dia, bisa melihat fenomena ini pada tengah malam hingga dini hari dan puncaknya pada 21-22 April.
"Supaya fenomena ini terlihat jelas, cuaca di daerah tempat pengamatan harus cerah. Lokasi pengamatan harus bebas polusi cahaya. Selain itu bagian timur dan utara tempat pengamatan tidak terhalang apapun," katanya.
Dia menjelaskan, fenomena itu terjadi karena bumi berevolusi melewati sisa debu lintasan komet Thatcher. Kemudian debu tersebut menembus atmosfer dan terbakar.
"Debu-debu itulah yang terlihat sebagai hujan meteor. Bahkan terlihat seperti bintang jatuh," kata Thomas.
Fenomena itu terjadi sejak 2600 tahun lalu. Pada 1800-an peneliti baru menyimpulkan penyebab terjadinya fenomena hujan meteor Lyrids.
"Titik pancar hujan meteor Lyrids berasal dari rasi bintang Lyra. Intensitasnya tergolong sedang, karena hanya terlihat belasan meteor per jam,"
Hujan Meteor dan Tiga Planet Bermunculan
Gambar planet Fomalhaut b (AP Photo/NASA/ESA)
BERITA TERKAIT
Jelang akhir pekan ini para warga di muka bumi disuguhkan tontonan menarik di langit. Di beberapa tempat, hujan meteor Perseid sudah muncul. Selain itu, bakal muncul pula sejumlah planet yang bisa disaksikan dengan mata telanjang di malam hari. Menurut laman Space.com, warga yang berada di Kawasan Utara Bumi bisa menyaksikan hujan meteor Perseid pada Kamis malam waktu setempat (Jumat dini hari atau pagi WIB) hingga Jumat pagi (siang WIB). Bila tidak dihalangi awan, hujan meteor bisa disaksikan langsung setiap menit.
Selain awan, benda langit yang bisa mengganggu pemandangan hujan meteor itu adalah cahaya bulan purnama. Namun, kali ini, bulan itu tidak akan mengganggu.
Para astronom dan pengamat benda-benda angkasa di mancanegara berharap hujan meteor Perseid bisa menampilkan yang terbaik dan sesekali dapat menghadirkan letupan sinar. Menurut kalangann astronom, beberapa bola api dan ledakan meteor - yang disebut bolide - bisa terlihat jelas.
"Pada Sabtu malam [waktu AS], satu bolde bisa terlihat," kata Steve Lieber, anggota suatu komunitas astronomi di Long Island. "Tampilannya bakal seperti kilatan sinar dan diikuti oleh ekornya selama sekitar 15 atau 20 detik," lanjut Lieber.
"Tampaknya tahun ini makin sering terjadi pemandangan meteor. Semoga tampilan hujan meteor itu sangat jelas," kata kolumnis Space.com, Joe Rao.
Sementara itu, planet Venus, Mars, dan Saturnus juga akan menampakkan diri. Tiga planet itu diperkirakan mulai terlihat sekitar Kamis malam atau Jumat disertai dengan kemunculan bulan sabit.
Mereka yang beruntung bisa melihat keempat benda angkasa itu dengan jelas di horison bagian barat begitu malam tiba. Selain itu, Jupiter akan terlihat seperti batu permata yang indah di langit bagian selatan.
Perkiraan pihak NASA akan terjadinya hujan meteor pada tanggal 12 Agustus nanti sepertinya akan menjadi kenyataan. Meteor-meteor ini akan jatuh ke bumi pada malam hari.
Dilansir melalui Science Daily, Selasa (11/8/2009), ratusan meteor yang akan menembus bumi itu diberi nama meteor Perseid. Nama itu diambil karena memang meteor-meteor tersebut jatuh dari konstelasi Perseus. Namun meteor ini juga diklaim berasal dari serpihan komet Swift-Turtle yang terbentuk saat melintasi bagian dalam orbit Matahari.
Menurut observasi yang selama ini dilakukan Space.com pada bulan Juli lalu, aktivitas maksimal meteor akan melibatkan 90 sampai 100 butir meteor per jam. Untuk melihat tampilan maksimal tersebut, astronom menyarankan untuk melihat fenomena tersebut pada tanggal 12 Agustus nanti, mulai jam 9 malam sampai menjelang subuh.
Jatuhnya meteor-meteor tersebut ke bumi memiliki kecepatan yang tidak terhingga. Diperkirakan kecepatannya mencapai 133,200 mph atau 60 kilometer per jam. Sebaiknya anda menggunakan mata telanjang untuk melihat hujan meteor ini karena penggunaan teleskop atau binocular malah akan mengganggu observasi anda.
Puncak Hujan Meteor Perseid
SKYANDTELESCOPE
Penampakan hujan meteor Perseid tahun ini di Indonesia akan mencapai puncaknya pada 13 Agustus dini hari. Meski lokasi terbaik untuk melihat hujan meteor ini adalah negara-negara di belahan Bumi utara, wilayah Indonesia yang terletak di khatulistiwa dapat melihat beberapa puluh meteor per jam."Jangan dibayangkan sebagai hujan meteor yang spektakuler. Hujan meteor ini akan terlihat seperti kelebatan cahaya yang berujung pada rasi Perseus. Ada sekitar puluhan meteor setiap jam," kata Kepala Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung Hakim Luthfi Malasan saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (11/8/2010).
Hujan meteor Perseid sudah berlangsung sejak 17 Juli dan akan berlangsung hingga 24 Agustus. Puncaknya diperkirakan terjadi pada 13 Agustus pukul 06.30-09.00 WIB.
Pengamatan hujan meteor paling baik dilakukan selepas tengah malam hingga menjelang fajar. Karena puncak hujan meteor terjadi pada pagi hari, akan sulit bagi masyarakat Indonesia untuk menyaksikan.
Dari Indonesia, posisi rasi Perseus berada di arah timur laut. Di wilayah barat Indonesia, rasi ini terbit sekitar pukul 01.00. Akibatnya, saat menjelang fajar, posisinya masih terlalu rendah, sekitar 30 derajat dari horizon. Wilayah Indonesia timur lebih beruntung karena posisi rasi Perseus lebih tinggi sehingga hujan meteor itu lebih mudah diamati.
Peneliti Observatorium Bosscha, M Irfan, mengatakan, kondisi ideal untuk mengamati meteor adalah langit yang cerah dan lokasi dengan medan pandang yang luas ke segala arah. Karena itu, lokasi yang baik ialah daerah pedesaan yang tidak banyak cahaya lampu serta daerah tinggi.
”Pengamatan bisa dilakukan di dalam kota, tetapi kemungkinan melihat meteornya akan sangat rendah,” katanya.
Yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan terlihatnya meteor lain yang tidak termasuk dalam hujan meteor Perseid. Meteor yang termasuk dalam hujan meteor Perseid mengarah dari utara ke selatan. Adapun yang arahnya di luar itu adalah meteor biasa yang muncul setiap malam.
Hakim mengatakan, batu-batu yang menjadi sumber hujan meteor Perseid ini berasal dari komet 109P/Swift-Tuttle. Setiap bulan Agustus, Bumi memasuki bekas lintasan komet itu sehingga debu-debu dan batu yang tersisa di lintasan komet masuk ke atmosfer Bumi sebagai hujan meteor, dengan kecepatan sekitar 60 kilometer per detik. Posisi terdekat komet ini dengan Matahari yang terakhir terjadi pada 1992.
Meski hujan meteor Perseid sudah berlangsung sejak tahun 1990-an, hingga kini hujan meteor tersebut tetap terjadi. Menurut Hakim, hal itu terjadi karena besarnya diamater inti komet, yang menurut space.com mencapai 9,7 kilometer.
Walau terjadi berulang, hujan meteor ini tidak akan menimbulkan efek berarti bagi Bumi. Dalam jangka panjang, lanjut Hakim, banyaknya hujan meteor bisa menimbulkan penumpukan debu di bagian atas atmosfer Bumi sehingga bisa menghalangi cahaya Matahari.
Debu tersebut juga dapat mengotori motor satelit yang memicu rusaknya satelit buatan manusia.
Hujan Meteor Leonids
Puncak hujan meteor Leonids diperkirakan akan terjadi antara 17-18 November 2010. Jangan lewatkan kesempatan untuk melihat momen berharga yang bahkan selalu ditunggu para astronom ini. Jumlah meteor Leonids selalu bervariasi setiap tahunnya. Namun para ahli meteor memprediksi bahwa tahun ini orang-orang bisa melihat kurang lebih 15-20 meteor setiap jamnya.
Peristiwa ini bisa disaksikan di seluruh wilayah Indonesia asal cuaca cerah. Dari Indonesia, peristiwa tahunan ini dapat disaksikan Kamis dini hari hingga subuh. Meteor-meteor akan bergerak radial dari pusatnya sekitar Rasi Leo yang terbit sekitar pukul 01.00 dinihari di arah timur. Rasi Leo yang mengilustrasikan gambar singa khas dengan dua bintang besarnya yakni Regulus di atas dan Denebola di bawah.
Bagaimana harus melihatnya? Pertama, siapkan sebuah kursi yang memungkinkan anda untuk berbaring. Ini penting sebab bisa mencegah leher belakang terasa pegal karena terlalu banyak mendongak ke atas. Ketika malam, mungkin rasa dingin menghampiri. Jangan lupa untuk menyiapkan selimut tetap hangat dan pastinya takkan masuk angin. Segelas kopi atau teh mungkin akan menjadi teman yang baik.
Ajaklah teman untuk menikmati momen berharga ini. Selain itu, rileks saja mata Anda. Mata yang rileks akan membantu melihat meteor dengan jeli dan Anda tidak membutuhkan binokuler.
Cobalah lebih jeli dalam melihat. Beberapa meteor menghasilkan cahaya terang yang luar biasa, menyerupai bola api. Meteor itu akan tampak menyala dan meledak dalam sekejap. Anda bisa mengamati jejak ledakannya yang kadang bisa bertahan hingga beberapa detik, bahkan menit.
Kemudian, cobalah mencari waktu dan tempat yang tepat. Waktu yang tepat adalah waktu antara tenggelamnya bulan dan terbitnya matahari atau waktu dimana langit benar-benar gelap. Sementara, tempat yang tepat adalah tempat di mana Anda bisa melihat langit luas dengan lapang dan tidak terlalu banyak cahaya di sekitarnya.
Terakhir, agar nyaman dalam melihat dan Anda pun bisa merindukan kehadirannya tahun depan, tak perlu mengabadikannya dalam foto atau video. Percayalah, video atau foto hanya akan mengurangi nilai keajaiban alam anugerah Yang Maha Kuasa ini.
Rasi Leo
Meteor Leonid adalah meteor-meteor yang berada di arah rasi bintang Leo. Meteor ini merupakan serpihan-serpihan dari komet Temple Tuttle. Revolusi bumi akan membawa bumi berdekatan dengan lokasi serpihan-serpihan itu, memungkinkan beberapa serpihan memasuki atmosfer bumi dan terbakar serta tampak sebagai bola-bola cahaya.
Seorang astronom bernama Jeremie Vaubaillon dari Institut de Mecanique Celeste et de Calcul des Ephemerides di Perancis telah membuat peta terkini (tahun 2010) lintasan bumi yang "bersentuhan" dengan lintasan meteor-meteor ini. Menurut peta tersebut, meteor akan bisa terlihat dari tanggal 8-24 November 2010, dengan puncaknya tanggal 17-18 November 2010.
Meteor itu bergerak berlawanan dengan arah gerakan bumi. Kecepatan gerak meteor ini bisa mencapai 72 kilometer per detik. Pada tahun 1999-2002, pernah terjadi fenomena badai meteor ini karena ribuan meteor Leonid bisa disaksikan setiap jamnya.
Kesimpulan :
Meteor adalah penampakan jalur jatuhnya meteoroid ke atmosfer bumi, lazim disebut sebagai bintang jatuh. Penampakan tersebut disebabkan oleh panas yang dihasilkan oleh tekanan ram (bukan oleh gesekan, sebagaimana anggapan umum sebelum ini) pada saat meteoroid memasuki atmosfer. Meteor yang sangat terang, lebih terang daripada penampakan Planet Venus, dapat disebut sebagai bolide.
Jika suatu meteoroid tidak habis terbakar dalam perjalanannya di atmosfer dan mencapai permukaan bumi, benda yang dihasilkan disebut meteorit. Meteor yang menabrak bumi atau objek lain dapat membentuk impact crater.
Daftar pustaka : Google